RESENSI BUKU : JANGAN SEMBUNYI DI BUMI






Nama Buku        : Jangan Sembunyi di Bumi
Penulis                : Dionisius Dexon
Penerbit               : TransMedia Pustaka
Tahun terbit         : 2020
ISBN                   : 978-602-1036-28-7 
Harga buku          : Rp 66.000


"Aku sudah bicara pada Tuhan, semalam. Aku bersyukur dan berterima kasih pada-Nya karena Dia telah mengenalkan aku padamu. Setelahnya, aku memohon segala sesuatu yang baik; semoga kamu bisa bahagia dengan seseorang yang entah siapa; semoga kamu tetap bisa menjadi kamu; dan semoga kamu bisa melewati segala hal yang hadir dalam duniamu.” @diondexon.



Itu adalah salah satu kutipan favoritku dalam buku bercover indah ini. Kamu bisa menikmatinya dalam karya Dionisius Dexon berjudul Abyssos. Entah bagaimana, rasanya membaca keseluruhan kisah dalam buku ini seperti melakukan perjalanan waktu. Bedanya, rasanya berbeda-beda. Kadang sakit, kadang ragu, kadang ingin cepat berhenti menangis, kadang berteriak kesal melihat diri sendiri. Seperti judul bukunya, buku ini memang mengajak kita untuk tidak sembunyi di bumi.

Sebagai seorang yang sering sembunyi dalam kesepian, saya paham betul apa yang disampaikan dalam buku ini. Buku hangat ini tiba-tiba menjadi teman yang pantas di ajak lari. Seperti kita tidak sendirian menjalani hidup yang serba penuh kegalauan ini. Buku ini berisi bab yang diberi nama ‘Untuk seseorang yang Pernah membuat Bumi Berhenti Berputar’ dan ‘Untuk orang-orang yang merasa Bahwa Bumi Sedang Berputar ke Arah Lain’. Sementara untuk sub bab pertama berisi 29 cerita dan bab kedua berisi 27 cerita. Keseluruhan cerita memiliki kisah yang berbeda, tergantung bagaimana kamu merasakannya, cerita itu akan terlihat cukup nyata. Seperti seolah-olah, penulis benar-benar merasakannya sendiri. [mungkin ya memang demikian~~ hihi]

Saya sendiri paling suka cerita berjudul ‘Tiga Belas Hal yang ingin Kutulis di tanganmu’ dan “Abyssos’. Cerita Tiga Belas Hal yang ingin Kutulis di tanganmu berisi tiga belas point tentang keinginan yang berasal dari lubuk hati paling dalam yang ingin dilakukan bersama pasangan kita. Kalimat yang paling aku ingat dari cerita ini adalah point ke-9 :


‘Aku ingin hidup bersamamu, lalu membuat hari-hari kita seperti hari-hari pada tahun 2014.’


Sementara di cerita Abyssos, kita akan menyadari bahwa terkadang perpisahan itu perlu berdamai dengan diri sendiri. Penulis yang tengah berpisah dengan pasangannya memutuskan melakukannya. Dan itu cukup menohok perasaanku yang mungkin tidak akan bisa setegar itu melakukannya.

Baca saja deh bukunya. Aku tidak ingin membuatmu lebih sedih dengan mengungkap keseluruhan spoilernya. Aku Cuma ingin bilang, siapapun yang merasa memiliki nasib yang buruk karena ditinggalkan dan meninggalkan, kalian tidak sendirian. Ada aku, dan ada buku ini. Selamat membaca :]


-nil.

Comments

Popular Posts