Katanya Move On berarti Pindah.
Aku heran mengartikan sebuah perpindahan. Kenapa banyak orang menganggap bahwa pindah selalu bersandingan dengan melepaskan sesuatu atau keluar dari zona yang kita sukai. Aku heran kenapa pindah berarti harus merelakan dan membuat diri kita sendiri membohongi apa yang kita sukai.

Katanya Move On berarti Berbeda.
Aku kembali heran mengartikan sebuah perbedaan. Kenapa banyak orang menganggap bahwa berbeda selalu berawalan dengan menyukai hal hal baru, mengakhiri suatu pertemanan yang sudah lama dan pada akhirnya membuang segala sesuatu yang kita sudah lama punya. Lalu kita di suruh membeli yang baru.

Katanya Move On berarti bersifat General.
Tergantung bagaimana orang melihatnya, pengertiannya selalu sama.
Aku kembali heran melihatnya.
Move On yang berarti general itu tahu-tahu sudah menjadi sebuah tren yang haruslah di ikuti.
Ibarat kata begini.
Kamu mau di anggap tangguh, ya sudah move on.
Kamu mau di anggap alay, ya sudah berarti kamu belum move on.

Intinya begini, kalimat Move On menjadi hal yang paling sensitif untuk di jelaskan. Aku menganggapnya demikian karena pada akhirnya, orang akan berfikir jauh ke masa lalu. Seperti sebuah jembatan, umpatan Move On membuat kita ingat kenangan yang dahulu menyakiti maupun membuat kita tertawa bahagia. Lalu kita menjadi lebih susah mengekspresikan kejujuran. Makanya kita jadi lebih sensitif.

Move On,,, Move On,,, Move On,,,,,
Move On memang pindah, tapi kita hanya pindah dari suatu posisi ke posisi yang baru.
Kita cuma memperbaiki posisi itu supaya kita nyaman. Orang biasanya memilih melepaskan.
Tapi tidak sedikit dari mereka nantinya akan kembali ke tempat yang sama.
Move On memang berbeda, tapi kita masihlah akan mengulang perbuatan yang kita lakukan.
Move On memang general, tapi kadang disama samakan. Padahal ya ga gitu juga.


Daripada kita bicara soal Move On,  kenapa kita tidak menganggapnya sebagai Move Up.
Aku lebih menyukai kata itu karena Move Up berarti berada di level yang berbeda.
Kalau dulu kita ada di lantai pertama, sekarang kita memulai untuk keluar dan naik ke lantai kedua.
Kita hanya berusaha memperbaiki kualitas diri kita menjadi lebih baik.
Dengan catatan bahwa kita tak kembali.
Dengan catatan kita belajar dari itu semua.

Aku berani menulis hal ini bukan karena aku pernah sukses Move On dari kenangan buruk atau saat ini aku sedang berada di level yang berbeda di bandingkan dahulu.
Tapi aku menulis hal ini untuk berjalan menuju Move Up itu tadi.
Ini yang aku sebut dengan belajar bergerak menyemangati diriku sendiri.
Aku dulu berhenti menulis karena aku tak suka menye menye dengan hidup,
tapi kini aku tahu bahwa dengan menulis hal ini aku menjadi pribadi yang jauh lebih baik.
Aku berusaha dengan sangat keras, meski aku belum tahu apakah aku berhasil atau tidak.

Pada akhirnya, Move On atau Move Up hanyalah istilah.
Tidak ada yang berubah bila kamu hanya mengucapkan, menuliskan, dan menghafal kalimat itu,
kalo misalnya kamu sendiri tidak melakukan sebuah pergerakan.
Kamu hanya perlu bergeser ke tempat yang lebih tinggi.
Bermimpi besok kamu akan lebih baik dan berusaha meraih itu.
Jabat setiap tangan yang ada di depanmu dan ikuti mereka.
Keluarlah melihat dunia yang kamu ingin.
Lalu lakukan apa yang ingin kamu lakukan.
Bertemulah dengan orang baru.
Dan bahagialah..
Bahagialahhh.
Berbahagialahhhhhhhh .

(Nil)

Bahagianya bila kita masih bisa bertengkar seperti dahulu.
Kamu yang biasanya diam, akan banyak mengeluarkan suaramu mengingatkanku,
kamu yang biasanya santai, akan berusaha tak melepasku pergi dari hadapanmu.
Betapa bahagianya bila kita masih bisa bertengkar seperti dahulu. 
(Nil)


Saat ini aku sedang beranjak menjauhi langit.
Bagiku dia adalah seluas-luasnya harapan yang dulu pernah aku harap dapat ku gapai.
Dulu langit itu penuh dengan mimpiku.
Aku mau pergi kesana kemari, aku mau diam menyambut yang datang dan pergi.
Tapi aku selalu di temani dan tak kesepian langit.
Langit dahulu membuatku bisa melihat dunia terlalu sempit dan membuatku ingin terbang paling tinggi.
Langit dahulu membuatku bisa mengamati dunia lebih indah, dan bersamanya aku banyak menciptakan rencana penuh harapan akan terjadi.

Saat ini aku sedang mencoba turun kembali ke bumi.
Langit sudah terlalu jauh kujangkau tapi ia pergi semakin tinggi.
Bumi yang masih jauhpun membuatku melayang diantaranya.
Sebagian kakiku menuju bumi, sebagian mata dan hati tetap mengarah ke atas langit.
Potongan tubuhku bimbang menentukan siapa yang berhak aku hidupi.
Bumi yang menerimaku apa adanya kah?
Atau langit yang membuatku menjadi jauh memahami ada apanya?

Saat ini aku sedang mengamati.
Mana yang jauh akan mati bila aku meninggalkannya pergi.
Aku hanya cahaya kecil yang dahulu muncul di antara awan menghias langit dengan sedikit bayangnya.
Aku hanya cahaya kecil yang dahulu di mata manusia bumi adalah bintang.
Tapi kini, bila aku turun ke bumi, apa bumi masih menganggapku sama??
Ternyata bintang juga bisa bimbang.
Saat langit tak lagi menerimanya, dan bumi hanya mengenalnya sebagai cahaya,
bintang sudah tak jadi apa-apa.

(Nil)