Uniknya, Sejak wajahmu menjadi kenangan buruk dalam tiap mimpiku,
Aku merasa bahwa pagi selalu menjadi waktu paling buruk bagi diriku sendiri.
Ia membuatku menganggap malam adalah realitas karena ada dirimu disana,
sementara pagi menjadi mimpi tersedih yang tak berkesudahan karena tak ada lagi bayanganmu di depanku.


-nil


Aku tahu kita tengah berada di sebuah pesawat mimpi yang berbeda.
Mereka membawa kita terbang jauh ke atas.
Semakin lama semakin kencang,
tapi lancar berjalan mengarungi deretan mimpi-mimpi pribadi kita masing-masing.
Pesawat itu membawa kita pada suatu tempat yang berbeda,
yaaaaa tapi tetaplah tempat itu ada pada mimpi besar kita.
Lalu, kita saling membelot.
Aku menuju ke mimpi besarku di arah kanan,
sementara kau berjalan menuju mimpi besarmu di arah kiri.
Kita lalu saling mempersiapkan diri dengan bawaan kita sendiri,
dan terjun menuju mimpi kita masing-masing tanpa melihat satu sama lain.
Tanpa melihat ke arah masing-masing.
Bahkan ironisnya, kita lupa mengucapkan selamat tinggal pada diri kita masing-masing.


Aku tahu saat ini kita tengah asik berada pada mimpi besar,
yang membuat kita dapat diakui oleh diri kita sendiri.
Semakin lama kita berjalan, kita hanya berada pada tumpukan kesusahan,
lalu kita merenung, mengeluh, lalu capek dan membiarkan semuanya berlalu.
Mimpi besar yang kita bawa seolah adalah beban yang harus kita emban dan kita pertanggungjawabkan pada diri kita masing-masing.
Itu sebabnya, mungkin bila kita mengaca pada saat kita meninggalkan pesawat,
wajar bila kita tak pernah mau mengucapkan selamat tinggal pada tempat yang nyaman.
Rasanya aneh, meninggalkan pesawat yang sering kita tumpangi,
lalu berada di sebuah lahan baru berisi tantangan dan harga diri.
Mungkin tak apa tak ada ucapan selamat tinggal.
Setelah ku fikirkan, tak ada rasa bersalah bagimu meninggalkanku seorang diri dalam mimpi besarku,
sedangkan kau mulai memulai mimpi besarmu lagi menyusulku ke tempat ini.
Aku mulai tau kau tengah berjuang pun seorang diri.
dan aku mulai paham aku pun demikian.

Aku tahu saat ini kita tengah merasa bahagia mengejar mimpi kita masing-masing.
Kita juga pernah capek dan bodoh.
Tapi berjuang adalah cara kita bertemu.
Bersama-sama kita saling menjadi manusia yang puas dengan dirinya sendiri,
sebelum memuaskan dan memantaskan diri untuk orang lain.


terakhir,
Aku tahu, saat ini kita tengah berdoa untuk segala hal yang baik.
Entah dalam doa baikmu ada namaku, aku tak tahu.
Tapi aku percaya hal baik akan dipertemukan hal baik.
Mungkin bila hal baik bertemu hal yang buruk, tujuannya tetap adalah menyuruh kita menjadi manusia baik.
Bisa jadi, kebaikan kita dengan diri kita sendiri, akan berakhir dengan kita tahu siapa diri kita.
Bisa jadi, bila kita tahu siapa diri kita, kita pun juga akan mengerti bahwa kita punya kualitas yang sama.
Bisa jadi, bila kita paham kualitas kita, kita akan jadi yang lebih banyak bersyukur.
Bisa jadi, bila kita selalu mensyukuri apa yang ada, kita akan menjadi manusia yang paham tentang tujuan kita hidup dengan mimpi-mimpi besar kita.
Mimpi besar yang membawamu pada tempat yang baik,
Mimpi besar yang membawamu mengenal dirimu sendiri.
dalam mimpi semacam itu, aku tetap hidup dengan mengingatmu.



-Nil





Saat itu definisi sakit menurutku adalah seperti ini:
Waktu itu, melihat banyak hal yang berkaitan denganmu, aku menghindar. Melihat warna yang paling kau suka, aku  menjauh. Mencium aroma parfum yang sering kau gunakan, aku mencela. Merasakan ada keberadaanmu disampingku, aku gelisah. Memilih tahu apa pun tentangmu di sosial media, aku penasaran. Mengetahui banyak gossip beredar tentang kita, aku putus asa. Rasanya sakitnya membuatku susah makan. Rasanya mulia sekali mendoakanmu dengan dendam. Rasanya dunia meninggalkanku. Orang yang ku anggap selalu yang pertama ada, menjadi yang paling terakhir mau tahu.

Lalu aku tahu, definisi itu diciptakan karena begini: 
Aku membahasakan semua kata dalam kisah yang entah berakhir entah tidak ini. Pada saat itu, aku juga masihlah menyimpan rasa sakit dalam sakit sakit masa lalu yang aku bandingkan. Lalu aku menyerah karena menjadi tak berdaya, dan bodoh karena merasa hidup telah berhenti karena aku sudah tak lagi istimewa. Rasa sakitnya diciptakan karena aku tahu kau telah tahu lebih banyak tapi menyadari bahwa kau pura pura tak tahu tentang semua itu. 

Kemudian, 
Pada suatu sore sambil menyeduh teh hangat dan menunggu hujan reda di dekat jendela sebuah rumah, rintik air hujan mengajari sesuatu yang menciptakan definisi sederhana tentang harapan : 
Rintiknya mengajariku sabar menunggu. Bahwa nanti hujannya akan berhenti, matahari akan berada di atas awan lagi untuk menghangatkan semua yang ada dibumi, dan badai akan pergi bersama dengan kehadiran sebuah pelangi yang berwarna-warni. 
Rintik di antara rumput liar mengajariku bahagia. Bahwa nanti kebun penuh rumput liar itu akan meninggalkan bau hujan yang khas, menyuruh seseorang berlari keluar mengecek cuaca yang telah berganti. Rintik air di rumput liar itu akan bergoyang. Lalu ia akan membuat sejuk kaki kaki yang berlari cepat.  
Sementara Aroma Hujannya mengajariku tentang sebuah kenyamanan. Bahwa sendiri dengan segelas teh hangat adalah sebuah pilihan yang istimewa yang hanya dapat dilakukan perempuan mandiri. Yang dalam perjalanannya selalu berharap punya pendamping untuk berbicara kalimat mesra. Tapi diriku memilih hangat bersama sebuah teh hangat sore itu. 
Teh hangatnya tiba-tiba berubah menjadi harapan. 
Bahwa segelas teh bisa menjadi dua gelas teh yang saling bertemu. 
Bisa menjadi tiga, empat, dan ratusan yang lainnya. 
Aku tersenyum sendiri. 
Aku lelah dan menyerah dalam nyaman. 
Aku tahu rasanya sudah tak seperti dahulu. 
Rasanya sakitnya sudah tak seperti dahulu.




(Nil)


Dulu banyak orang bilang, hidup itu keras.
Kita harus bisa mendapatkan apapun, dan karenanya kita harus menjadi pribadi yang ditakuti banyak orang. Kita harus siap berjuang. Kita wajib punya senjata. Entah berjuang sendiri atau mengorbankan orang lain, itu tidaklah sepenting bagaimana kita bertahan. Jadi, orang menggampangkan banyak hal untuk dapat masuk ke dalam tempat yang dia inginkan, atau bisa jadi mereka harus mau tidak mau membunuh siapapun yang ada di depannya. Termasuk temannya sendiri. Bahkan saking gilanya, termasuk keluarga yang satu darah daging dengannya.

Karena kita tahu hidup itu keras, orang-orang yang sudah berkuasa pada jamannya, bertindak seenaknya. Mereka memanfaatkan apa yang mereka punya. Orang kaya harus dan akan menjadi kaya selamanya. Orang miskin tetaplah menjadi demikian sampai dia menyaksikan tayangan sinetron yang intinya menyuruh mereka menjadi jahat, lalu mereka dapat mengubah kehidupannya. Orang-orang yang terjebak dalam dimensi itu tetaplah seorang pejuang. Dalam hidupnya mereka hanya mengenal bagaimana mereka naik. Mereka tak mau turun. Mereka bahkan tak mau menoleh ke bawah hanya untuk melihat dengan seksama. Mereka ditakdirkan sebagai petarung yang punya harga diri yang tinggi. Jauh dari itu, tujuan mereka sama : menjadi yang tidak akan kecewa sampai akhir.

Berjuang juga bukan hanya sebuah kata benda yang hanya dianggap sepele oleh mereka. Bejuang adalah kata kerja. Seperti bagaimana mereka berdoa siang dan malam, seperti bagaimana mereka mencari uang siang dan malam, seperti bagaimana mereka berharap besok mereka akan tetap berada di puncak kesuksesan. Orang yang kaya akan tetap mempertahankan dirinya di atas, mereka yang miskin akan mendapat hadiah lotre dan akhirnya dapat berdampingan dengan kalangan atas.

Seperti itulah hidup.
Dulu dan sekarang, hidup tetaplah keras untuk seseorang yang mengabdikan dirinya sebagai seorang petarung. Mereka yang boleh kecewa dengan hidupnya, adalah seorang petarung yang telah banyak mengorbankan hidupnya hanya untuk naik di level terbaiknya. Mereka yang boleh kecewa dengan hidupnya, adalah seorang petarung yang telah banyak diremehkan oleh kalangan di sekitarnya. Mereka yang boleh kecewa dengan hidupnya, adalah seorang petarung yang telah melalui banyak hal. Di tinggalkan orang yang disayanginya, Di abaikan dalam hidupnya, Dimanfaatkan oleh banyak temannya, lalu dibuang bagaikan tak pernah ada di hidup ini selama-lamanya. Mereka yang boleh kecewa dengan hidupnya, tidak hanya orang-orang yang dikategorikan kaya atau miskin, baik atau jahat, dan cantik atau jelek. Tapi mereka yang boleh kecewa itu yang kayak mereka. Yang dari matanya selalu ada harapan untuk bertahan, meskipun rasa hati ingin mati setiap kali berdiri sendirian. Yang dari gerak tubuhnya masih terlihat rasa percaya diri bahwa besok dirinya akan baik baik saja, dan hidup akan menjadi lebih baik dari biasanya. Yang dari hatinya, selalu ada kata maaf. Meskipun ia tak pernah berbuat salah, ia tak pernah menyakiti orang lain, tapi selalu menjadi yang sebaliknya.

(Nil)

Katanya Move On berarti Pindah.
Aku heran mengartikan sebuah perpindahan. Kenapa banyak orang menganggap bahwa pindah selalu bersandingan dengan melepaskan sesuatu atau keluar dari zona yang kita sukai. Aku heran kenapa pindah berarti harus merelakan dan membuat diri kita sendiri membohongi apa yang kita sukai.

Katanya Move On berarti Berbeda.
Aku kembali heran mengartikan sebuah perbedaan. Kenapa banyak orang menganggap bahwa berbeda selalu berawalan dengan menyukai hal hal baru, mengakhiri suatu pertemanan yang sudah lama dan pada akhirnya membuang segala sesuatu yang kita sudah lama punya. Lalu kita di suruh membeli yang baru.

Katanya Move On berarti bersifat General.
Tergantung bagaimana orang melihatnya, pengertiannya selalu sama.
Aku kembali heran melihatnya.
Move On yang berarti general itu tahu-tahu sudah menjadi sebuah tren yang haruslah di ikuti.
Ibarat kata begini.
Kamu mau di anggap tangguh, ya sudah move on.
Kamu mau di anggap alay, ya sudah berarti kamu belum move on.

Intinya begini, kalimat Move On menjadi hal yang paling sensitif untuk di jelaskan. Aku menganggapnya demikian karena pada akhirnya, orang akan berfikir jauh ke masa lalu. Seperti sebuah jembatan, umpatan Move On membuat kita ingat kenangan yang dahulu menyakiti maupun membuat kita tertawa bahagia. Lalu kita menjadi lebih susah mengekspresikan kejujuran. Makanya kita jadi lebih sensitif.

Move On,,, Move On,,, Move On,,,,,
Move On memang pindah, tapi kita hanya pindah dari suatu posisi ke posisi yang baru.
Kita cuma memperbaiki posisi itu supaya kita nyaman. Orang biasanya memilih melepaskan.
Tapi tidak sedikit dari mereka nantinya akan kembali ke tempat yang sama.
Move On memang berbeda, tapi kita masihlah akan mengulang perbuatan yang kita lakukan.
Move On memang general, tapi kadang disama samakan. Padahal ya ga gitu juga.


Daripada kita bicara soal Move On,  kenapa kita tidak menganggapnya sebagai Move Up.
Aku lebih menyukai kata itu karena Move Up berarti berada di level yang berbeda.
Kalau dulu kita ada di lantai pertama, sekarang kita memulai untuk keluar dan naik ke lantai kedua.
Kita hanya berusaha memperbaiki kualitas diri kita menjadi lebih baik.
Dengan catatan bahwa kita tak kembali.
Dengan catatan kita belajar dari itu semua.

Aku berani menulis hal ini bukan karena aku pernah sukses Move On dari kenangan buruk atau saat ini aku sedang berada di level yang berbeda di bandingkan dahulu.
Tapi aku menulis hal ini untuk berjalan menuju Move Up itu tadi.
Ini yang aku sebut dengan belajar bergerak menyemangati diriku sendiri.
Aku dulu berhenti menulis karena aku tak suka menye menye dengan hidup,
tapi kini aku tahu bahwa dengan menulis hal ini aku menjadi pribadi yang jauh lebih baik.
Aku berusaha dengan sangat keras, meski aku belum tahu apakah aku berhasil atau tidak.

Pada akhirnya, Move On atau Move Up hanyalah istilah.
Tidak ada yang berubah bila kamu hanya mengucapkan, menuliskan, dan menghafal kalimat itu,
kalo misalnya kamu sendiri tidak melakukan sebuah pergerakan.
Kamu hanya perlu bergeser ke tempat yang lebih tinggi.
Bermimpi besok kamu akan lebih baik dan berusaha meraih itu.
Jabat setiap tangan yang ada di depanmu dan ikuti mereka.
Keluarlah melihat dunia yang kamu ingin.
Lalu lakukan apa yang ingin kamu lakukan.
Bertemulah dengan orang baru.
Dan bahagialah..
Bahagialahhh.
Berbahagialahhhhhhhh .

(Nil)

Bahagianya bila kita masih bisa bertengkar seperti dahulu.
Kamu yang biasanya diam, akan banyak mengeluarkan suaramu mengingatkanku,
kamu yang biasanya santai, akan berusaha tak melepasku pergi dari hadapanmu.
Betapa bahagianya bila kita masih bisa bertengkar seperti dahulu. 
(Nil)


Saat ini aku sedang beranjak menjauhi langit.
Bagiku dia adalah seluas-luasnya harapan yang dulu pernah aku harap dapat ku gapai.
Dulu langit itu penuh dengan mimpiku.
Aku mau pergi kesana kemari, aku mau diam menyambut yang datang dan pergi.
Tapi aku selalu di temani dan tak kesepian langit.
Langit dahulu membuatku bisa melihat dunia terlalu sempit dan membuatku ingin terbang paling tinggi.
Langit dahulu membuatku bisa mengamati dunia lebih indah, dan bersamanya aku banyak menciptakan rencana penuh harapan akan terjadi.

Saat ini aku sedang mencoba turun kembali ke bumi.
Langit sudah terlalu jauh kujangkau tapi ia pergi semakin tinggi.
Bumi yang masih jauhpun membuatku melayang diantaranya.
Sebagian kakiku menuju bumi, sebagian mata dan hati tetap mengarah ke atas langit.
Potongan tubuhku bimbang menentukan siapa yang berhak aku hidupi.
Bumi yang menerimaku apa adanya kah?
Atau langit yang membuatku menjadi jauh memahami ada apanya?

Saat ini aku sedang mengamati.
Mana yang jauh akan mati bila aku meninggalkannya pergi.
Aku hanya cahaya kecil yang dahulu muncul di antara awan menghias langit dengan sedikit bayangnya.
Aku hanya cahaya kecil yang dahulu di mata manusia bumi adalah bintang.
Tapi kini, bila aku turun ke bumi, apa bumi masih menganggapku sama??
Ternyata bintang juga bisa bimbang.
Saat langit tak lagi menerimanya, dan bumi hanya mengenalnya sebagai cahaya,
bintang sudah tak jadi apa-apa.

(Nil)
Beberapa hari ini, ada banyak kejadian dalam hidupku yang membuat aku merasa tidak terlalu bersemangat. Aku harus kehilangan seseorang di saat aku sayang-sayangnya, dan segala hal yang berhubungan dengan orang itu harus dimusnahkan dengan sangat cepat.

Lalu beberapa waktu yang lalu, aku mulai menyukai sebuah buku.
Ini dia buku yang ku rekomendasikan. Merayakan Kehilangan dari Brian Khrisna.
Penulis muda berbakat.
Kalo penasaran, kalian bisa mengunjungi tulisannya di mbeeer.tumblr.com atau di instagram @brian.khrisna

Buku ini cocok untukku.
Cocok  juga untuk semua orang yang ingin merayakan kehilangan dengan damai.
Yang menarik, buku ini juga cocok mengobati kehilangan dengan sangat.
Aku menemukan banyak quote di saat merayakan kehilangan.
Semoga juga bisa membantu teman-teman yang lagi galau ya :

Apakah pulangmu tak berarti pergi lagi? Siapa yang bisa menjamin? Aku dulu pernah percaya kau akan selalu tinggal. Tapi nyatanya? Akhirnya kau tetap pergi juga. 
Kita pernah jatuh cinta di waktu yang sama. Namun kita tidak pernah bisa bersama.
Rasanya sia-sia sekali menghabiskan begitu banyak waktu hanya untuk menyadari bahwa kau adalah orang asing yang sekedar mampir, tinggal sebentar, kemudian pergi untuk menjadi asing lagi.
Ramadhan tahun kemarin masih bersama, sekarang sendiri-sendiri. Ramadhan tahun kemarin masih bahagia, sekarang kadang sedih sendiri. Ramadhan tahun kemarin buka bersama sering sekali, sekarang tahu kabarnya sedang apapun tidak ada kesempatan barang sekali. Ramadhan tahun kemarin masih sering bertemu tanpa segan, sekarang bertatap muka saja enggan. Ramadhan tahun kemarin masih saling nyapa, sekarang tidak ada lagi notifikasi-notifikasi atas namanya. Ramadhan tahun kemarin masih berdoa untuk meminta izin bersama di tahun yang selanjutnya, sekarang doanya melambung tanpa ada namamu di dalamnya. Hanya berjarak 355Hari dari tahun kemarin, tapi yang dulu selalu ada, kini telah tiada.
Percayalah, jika aku sudah menulismu dalam tulisanku, maka hanya akan ada dua kemungkinan. Aku sangat mencintaimu, atau aku sangat membencimu.
Kau tak perlu menjadi yang lebih baik dari segala masa laluku. Bagiku kau tidak pergi saja, itu sudah jauh lebih baik dari mereka-mereka yang dulu.
Aku telah melalui berpuluh-puluh sakit hati. Berkali-kali terluka dan diusir pergi secara paksa. Maka jika datang suatu hari dimana aku mencintaimu, percayalah bahwa itu sejujur-jujurnya aku dalam mencintai.
Percayalah, suatu saat kau akan gagah berdiri. Bahkan mendengar namanya terucap pun kau hanya tertawa dan merasa biasa saja.
Berapa banyak dari kita yang memaafkan hanya karena takut kehilangan? memperpanjang luka demi bahagia yang sesekali ada. Mungkin aku salah satunya.
Kau baik. Kau mengajarkanku bahagia. Kau mengajarkanku kesabaran. Kau mengajarkanku kedewasaan. Tapi kau jahat, karena tidak mengajariku bagaimana caranya  tegar di hadapan kepergianmu. 
Tak bisakah kau mengerti? Aku selalu memilihmu. Dari semua yang datang. Dari semua yang memintaku untuk meninggalkanmu. Dari setiap orang yang meminta untuk menggantikan tempatmu di hatiku. Aku tetap memilihmu. Aku selalu.
Merelakan sesuatu yang sudah terlanjur nyaman, melepaskan sesuatu yang bahkan tak sempat kau peluk, mengikhlaskan kepergian yang sebenarnya ia tak penah ada, merasa punya padahal memiliki pun tidak, meredam cemburu karena tidak berhak, semuanya: Aku pernah.
Hubungan kita berakhir di kata seharusnya. Seharusnya tidak bertemu. Seharusnya tidak jatuh cinta. Seharusnya tidak perlu merasakan luka. Padahal belum pernah bersama.
Ironisnya, sekarang kau menjadi orang asing, yang mempunyai kenangan begitu akrab di kepala.
Butuh sejauh apa lagi untuk merayakan kehilanganmu? Butuh berapa banyak lagi yang harus ku korbankan untuk bisa bahagia melihatmu bahagia? Baiknya mungkin memang begini. Jarak terjauh untuk merayakan kehilangmu adalah ditemukan oleh orang yang baru. Membuatku dan kamu menjadi mengerti, bahwa melepasku dulu adalah kesalahanmu, dan memilih untuk tidak memaksamu bertahan ternyata adalah pilihan terbaikku.
Aku bisa mencari yang lebih baik darimu, tapi aku tetap memilih tinggal. Tentu kau juga bisa memilih yang lebih baik dariku. Dan luar biasanya, kau memilih untuk tanggal. Bagiku, yang baik adalah yang diperbaiki. Bagimu yang baik adalah memilih pergi. Maaf, tapi semoga melihatku bahagia, bahagiamu adalah pura-pura. 



Semua di dunia ini berubah. Bernih berubah menjadi bunga. Telur burung berubah menjadi burung. Hingga anak kecil berubah menjadi orang dewasa.

Apakah arti sesungguhnya dari berubah?
Apakah ia yang hanya memiliki perbedaan secara fisik terlihat tak sama dengan sebelumnya?
Apakah ia yang hanya begitu begitu saja tapi untukmu rasanya sudah tak sama lagi?
Atau apakah ia yang hanya kau lihat aneh dan sudah tidak mau kau kenal lagi?

Mengapa berubah selalu identik dengan hal yang negatif.
Berubah seakan adalah proses paling aneh dan tidak diinginkan, dan menjadi alasan banyak rang memutuskan untuk pergi tanpa mau mendengar orang lain. Padahal berubah menurutku bukanlah ukuran dia akan mempengaruhimu menjadi lebih baik. Anak kecil saja berubah menjadi lebih baik agar lebih dewasa. Lantas apakah berubah itu tidak penting?

Lalu pagi ini, teman lamaku berkata "kamu sudah banyak berubah ya sekarang?" Ucapnya.

Aku membisu. Ini bukan pertama kalinya ku dengar kata itu.
Kebanyakan temanku berkata hal yang sama, dan akhirnya memutuskan untuk menjauh dan pergi.

Aku bertahun pada waktu, mungkin sebentar lagi dia menjauh. Toh hampir semua manusia tak menyukai perubahan dan lebih suka menuntut orang lain menjadi yang dia inginkan.

(Nil)

Tersebutlah seorang Nona Kesepian. Ia tak punya siapapun di dunia. Kegiatannya setiap hari hanyalah melamun dan merenung. Ia tak tahu bahagia itu seperti apa. Karna ia tak pernah punya ekspresi. Setiap hari ia hanya tau rasanya bosan.  

Lalu suatu hari, ia bertemu Tuan Kesepian. Dibanding Nona, Tuan kesepian masih bisa hidup dalam keramaian. Ia tahu rasanya bahagia. Tapi dalam ramai, ia merasa sepi. 

Suatu hari, di sebuah amfiteater tua, mereka bertemu. Keduanya jatuh cinta dan akhirnya memutuskan bersama. Mereka saling mengisi kekurangan, mereka saling berdiskusi, dan berjalan bersama mencari ketenangan.

Tapi sang Tuan tiba-tiba merasa bosan. Ia pergi ke sebuah rumah bergaya modern dan tak pernah kembali kepada Nona kesepian. Nona kembali kesepian. Dalam kesepian, ia mati kehilangan. (Nil)



Pernah gak sih kalian mengalami suatu kemunduran dalam mendefinisikan sesuatu?
Sesuatu yang sederhana contohnya. 
Seperti ketika kita bingung memilih teman, menentukan teman, hingga mendefinisikan apa itu teman.
Lalu setelahnya, topik itu membawa kita berfikir soal bagaimana seseorang disebut teman, bagaimana cara teman bergaul, dan lain sebagainya?

Menurutku, setiap orang punya cara sendiri mendefinisikan arti "teman" di dalam hidupnya. 
aku pernah mengenal seorang introvert. Dalam kamusnya, teman adalah segalanya. Ia adalah rumah yang nyaman untuk ditinggali, sehingga bagi orang-orang introvert, mereka punya cara sendiri menentukan dan memilih teman mereka. Biasanya, mereka tidak banyak memiliki teman seperti kebanyakan orang. Temannya bisa dihitung dengan jari. Tetapi anehnya, pertemanan mereka bisa berlangsung bertahun-tahun. Teman introvertku ini berteman dengan lima temannya sekitar hampir lima sampai enam tahun (sampai saat ini). Lalu selain itu, biasanya mereka juga cenderung mementingkan teman dibandingkan segalanya. Karena mereka susah akrab dengan orang baru, mereka akan lebih cenderung ramah kepada teman mereka. 

Sedangkan aku, adalah tipe extrovert. 
Kami berbeda 180 derajat bahkan lebih dari itu. 
Kami tipe orang yang terbuka kepada siapapun, dan kami gampang berteman dengan siapapun. Makanya banyak yang mengatakan bahwa tipe kami adalah tipe manusia yang dapat menyesuaikan diri dimanapun dan kapanpun. Kami cenderung jujur dan ceplas ceplos, dan ramah kepada siapapun. Dari pengalamanku, aku banyak menemukan teman baru melalui jejaring sosial, komunitas, dll. Mereka kebanyakan adalah teman-teman yang baru kita temui, tapi langsung akrab dengan kita entah kenapa. Jadi pertemanan kami cenderung lebih pendek dibandingkan dengan orang-orang tipe introvert yang bisa betah berlama-lama dalam berteman. 

Beberapa waktu yang lalu, seorang teman introvert berdebat denganku soal enaknya menjadi manusia extrovert. Mereka bilang, kami bisa punya teman sana sini, kami bisa bergabung dengan siapapun, dan kami bisa bergaul dengan siapapun tanpa takut kesepian. Ia bilang bahwa tipe introvert selalu mandiri melakukan apapun sendiri. Ia gampang ditinggalkan oleh semua orang. Sedangkan kami yang merupakan tipe extrovert gampang mencari pengganti orang yang pergi tersebut. 

Jujur, statement itu tidak sepenuhnya benar menurutku. 
Kami juga punya masa sepi yang kami rasakan sendiri. 
aku pribadi adalah tipe orang yang tidak gampang menyembunyikan ekpresi dan kegalauan.
Tapi aku gampang mencari pelarian ke berbagai komunitas. 
kalo mereka bilang bahwa kami adalah manusia yang punya banyak teman kesana kesini, aku bisa bilang bahwa kebanyakan teman kami adalah bukan benar-benar teman yang tulus. 
teman teman kami hanyalah ilusi dari pertemuan demi pertemuan, 
lalu gampang pergi dan hilang entah sejak kapan dan bagaimana.
kami susah mencari teman yang jujur mau mendampingi.
itu sebabnya, tipe extrovert mempunyai sifat yang susah percaya dengan orang lain.
aku salah satu yang susah memberi kepercayaan kepada setiap orang. 
jadi, hanya karena kita punya banyak aktifitas, bukan berarti kami punya teman sebanyak aktifitas kami. 
kami juga sering melalui apapun seorang diri, bahkan kami terkadang merasa lebih sepi dibandingkan orang-orang introvert. 
kami juga sering menyemangati diri kami sendiri, karena kami tidak punya teman spesial yang melakukan hal tersebut.
pada intinya, hidup kami hanyalah festival kesenangan.
kami bersenang-senang seperti yang orang lain liat, meski yang kami liat kami hanyalah tokoh bisu yang dimanfaatkan banyak orang..
kami menipu diri kami sendiri setiap hari. 
kami terjebak dalam perdebatan tentang bagaimana orang ekstrovert harus menyesuaikan diri setiap hari. 
Seperti itu. 

Perdebatan temanku introvert dan aku ekstrovert masih terus berlanjut hingga tengah malam.
tapi kami selalu punya argument. Yah, karena setiap orang suka berbicara dan suka menang dalam setiap kesempatan. Jadi, malam lalu kami tak dapat menemukan kesimpulannya. 

Tetapi lewat tulisan ini, aku berharap kita yang berbeda, baik introvert atau ekstrovert dapat saling memahami. Bahwa kita punya sepi sendiri sendiri yang bisa kita bagi. Kita punya ramai sendiri sendiri yang bisa kita nikmati. Kita punya rumah sendiri sendiri untuk pergi dan tinggal setiap selesai menikmati hari. Kita berbeda dan kita akan tetap menemukan perbedaan itu dimanapun. Jadi, pahami. Bahwa setiap orang tidak harus menjadi orang lain. (Nil)




Menurutku,
pertama bukan suatu kata yang bisa didiskripsikan dengan begitu mudah.
Ia seperti halnya sikapmu yang penuh makna ambiguitas,
dan Ia seperti sikapmu yang dingin, tapi kadang begitu hangat kurasakan.
Pertama adalah sebuah kata yang memiliki arti dalam bagiku.
Bagaimana tidak.
kamu adalah kata pertama yang muncul dalam pikiranku.
Kantor paling sibuk di duniaku,
memberikan pengertian tentang dirimu saat aku ditanya peristiwa berkesan
yang kualami untuk pertama kali.
Kamu, orang yang menjadi diskripsiku tentang kata pertama,
sudah merupakan yang pertama, entah sejak kapan.

Untuk pertama kalinya,
aku jatuh cinta dengan lelaki sepertimu.
Lelaki yang tidak pernah aku bayangkan,
tapi tiba-tiba menjadi orang pertama yang menahan segala emosiku.
Untuk pertama kalinya,
aku harus belajar menerima hatiku berlabuh untuk lelaki pertama
yang berbeda 180 derajat dengan impianku.
Jangankan impian, kamu bukanlah tipe yang kuinginkan pada awalnya.
Tak satu haripun, bahkan detikpun aku membayangkan orang sepertimu.
Untuk pertama kalinya,
aku tertawa karena becandamu yang tak bisa aku mengerti lucunya dimana.
Untuk pertama kalinya,
aku menangis, meratap,
dan memohon untuk lelaki yang sepertimu.
dan hari ini,
Untuk pertama kalinya,
aku merindu.
Rindu kekanakan yang membuatku menangis,
karena ini kali pertama aku memohon kepada lelaki untuk menelponku dan berbalas rindu.
tapi Untuk pertama kali juga,
aku mendengar bahwa rindu bukan sesuatu yang perlu aku sampaikan dengan begitu berlebihannya.
untuk pertama kalinya,
aku mendengar lelakiku tak menyukai rinduku.

Pertama,
adalah dirimu yang membuatku luluh.
Pertama,
adalah dirimu yang membuatku membisu.
Pertama,
adalah dirimu yang membuatku rindu.
sangat sangat rindu.

aku menyukai kata pertama.
"Aku istimewa" menurutmu.
dan kamu adalah keistimewaan lain yang aku temukan untuk pertama kali juga.
aku menyukai dirimu yang pertama.
"kamu luar biasa" menurutmu.
dan kamu adalah keluarbiasaan yang lain yang belum aku temukan dalam diriku.

tetaplah menjadi orang pertama yang berbeda.
hingga biarkan aku bertekuk lutut untuk yang pertama kalinya padamu.


#pertama
#blogger
#rindu
#kutipan


Malang, 01 Februari 2017



Nama Buku : The Steal Like An Artist Journal (buku catatan untuk Para Kleptomaniak Kreatif)
Penulis : Austin Kleon
Penerbit :  Noura Books 
Tahun Terbit : Oktober 2016
Isbn : 978-602-385-179-9 
Dimensi Buku : 228 hlm, 15x20cm
Harga Buku : Rp. 59.000.,



Pablo Picasso berkata “Seni Adalah Pencurian”
Begitulah kalimat utama yang saya dapat sampaikan ketika pertama kali saya membuka buku unik yang satu ini. Biasanya saya tidak suka membaca buku semacam ini. Tetapi judulnya yang unik, membuat saya penasaran membeli. Buku yang ditulis dan didesain persis seperti jurnal harian tersebut, didesain agar pembaca dapat melihat dunia seperti seorang seniman, yang selalu “mengintai kesempatan”, selalu mengumpulkan ide, selalu mencari setetes inspirasi selanjutnya yang bisa diangkat, yang bisa membuat kita menjadi seorang kleptomaniak kreatif.

Buku ini memberi gambaran bahwa tidak semua kleptomaniak selalu mencuri hal-hal yang buruk. Kreatif menurut buku ini merupakan cara bagaimana melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dan mampu mengurangi keterbatasan. Kreatif menciptakan ide dapat dimulai dengan c=ara yang sederhana, seperti menulis dalam jurnal ini tentang apa yang kita dengar, apa yang kita lihat, dan apa yang kita lakukan. Austin memberikan beberapa latihan yang dapat digunakan pembaca untuk dapat mencuri ide disekitarnya, seperti menuliskan 10 hal yang ingin dipelajari, menggambar beberapa hal, memberikan tantangan untuk pergi ke toko buku, caffe, hingga menemukan sebuah nota atau pesan di sebuah tempat. Meskipun buku ini banyak menguras waktu karena kita harus mengisi latihan demi latihan dalam buku tersebut, saya rasa buku ini akan menghasilkan karya yang berbeda bagi tiap penulisnya. Buku ini memberikan gambaran kepada pembaca agar dapat lebih peka terhadap lingkungan sekitar, dan teliti terhadap berbagai hal sederhana. Di akhir buku, kita juga akan menemukan arsip curian yang dapat digunakan untuk mengumpulkan berbagai inspirasi yang anda temukan. Buku ini sangat mudah digunakan. Kita hanya perlu membawanya kemanapun, mengerjakan setidaknya satu latihan sehari, dan mengulangi dua langkah pertama sampai seluruh halamannya terisi. (Nil)


Nama Buku : Rumah Kertas
Penulis : Carlos Maria Dominguez
Penerjemah : Ronny Agustinus
Penerbit : Marjin Kiri
Tahun Terbit : Oktober 2016
Isbn : 978-979-1260-62-6 
Dimensi Buku : 76 Hlm, 12x19cm
Harga Buku  : Rp. 34.000.,


Seorang professor sastra di Universitas Cambridge, Inggris, tewas ditabrak mobil saat sedang membaca buku. Rekannya mendapati sebuah buku aneh dikirim ke alamatnya tanpa sempat ia terima: sebuah terjemahan berbahasa Spanyol dari karya Joseph Conrad yang dipenuhi serpihan-serpihan semen kering dan dikirim dengan cap pos Uruguay. Penyelidikan tentang asal usul buku aneh itu membawanya (dan membawa pembaca) memasuki semesta para pecinta buku, dengan berbagai ragam keunikan dan kegilaannya!
___
Apa jadinya bila anggapan bahwa “buku bisa membuat seseorang terbunuh” adalah nyata? Seorang professor bernama Bluma yang selalu mengabdikan hidupnya pada sastra, tak pernah membayangkan bahwa sastra menjadi penyebab kematiannya. Akibatnya, Rekan satu Universitas sekaligus kolega yang harus menggantikan peran Bluma, harus memulai perjalanan misterius mencari kebenaran issu kematian Bluma sekaligus mengembalikan sebuah paket berisi sebuah buku misterius dari Uruguay. Perjalanan penuh tantangan harus dialami si tokoh utama. Ia lantas bertemu dengan banyak orang yang berhubungan dengan Bluma sebelum  Ia meninggal. Mulai dari para kolektor buku yang ulung, hingga orang-orang yang tahu tentang jejak keberadaaan Carlos Brauer, pemilik buku misterius tersebut.
Saya mengutip beberapa kalimat yang cukup menggambarkan karakter para pecinta buku dalam buku di atas. “Orang-orang ini ada dua golongan: pertama, kolektor, yang bertekad mengumpulkan edisi-edisi langka, majalah Horacio Quiroga di Salto, edisi pertama buku-buku Borges sekaligus artikel-artikelnya di majalah. …. Lainnya, ada para kutu buku, pelahap bacaan yang rakus, seperti Brauer itu, yang sepanjang umurnya membangun koleksi perpustakaan yang penting. Pecinta buku tulen, yang sanggup mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk buku yang akan menyita waktu mereka berjam-jam, tanpa berkebutuhan lain kecuali untuk mempelajari dan memahaminya.”
Dulu saya pikir, penyuka buku hanyalah seorang yang rela mengabdikan dirinya untuk terus membaca buku, tetapi novel ini menjelaskan definisi tersebut lebih dari apa yang saya bayangkan. Buku dan penyukanya memiliki konteks tersendiri dan alasan yang beragam tentang hal tersebut. Buku ini membuat saya berfikir bahwa apa yang dituangkan dalam sebuah buku, mempunyai kekuatan yang luar biasa, yang dapat mengubah persepsi seseorang akan sesuatu dan bisa memberikan gambatan untuk para pembaca yang lainnya.
Buku ini ditulis dengan sangat sederhana. Meskipun buku ini termasuk karya terjemahan, pembaca dapat mudah memahami maksud dari isi buku dan dapat terbawa masuk ke dalam tulisan tulisan Carlon. Buku ini membuat saya masuk ke dalam dimensi yang sangat alami, yang rasanya dapat langsung dirasakan oleh saya. Buku ini seperti teman yang mengerti perasaan para pecinta buku, tentang bagaimana cara menghargai sebuah buku dan mencintai buku dengan cara yang beragam. (Nil)






Apa yang akan kamu alami jika kamu jadi aku
Pernahkah kamu merasa bahwa waktu tiba-tiba berhenti saat memandang orang yang kamu cinta?
Pernahkah kamu merasa bahwa jantungmu serasa berdegup kencang ketika cinta datang di sebelahmu?
Pernahkah kamu merasa seperti akan mati jika tidak menemukan sosok yang kamu cinta ada di sekitarmu?
Pernahkah kamu merasa bahwa orang yang kamu cinta itu adalah yang paling istimewa?
Pernahkah kamu merasa cemburu ketika melihat orang yang kamu cinta sedang berjalan dengan orang lain selainmu?
Pernahkah kamu merasa sedih ketika melihat orang yang kamu cinta menangis di hadapanmu?
Pernahkah kamu merasa amat kehilangan saat tahu bahwa orang yang kamu cinta tidak Bisa berada di sekitarmu untuk sementara waktu?

Aku masih bertanya padamu,
Apa yang akan terjadi jika kamu jadi aku
Bagaimana perasaanmu melihat orang yang kamu cinta tidak mencintaimu?
Bagaimana perasaanmu mendengar orang yang kamu cinta tidak mencintaimu?
Bagaimana perasaanmu mengetahui orang yang kamu cinta sudah memilih orang lain yang lebih dia suka?
Bagaimana perasaanmu jika cinta yang kamu punya saat itu bertepuk sebelah tangan dan hanya berbekas luka?
Bagaimana perasaanmu jika itu terjadi dan kamu yang harus mengorbankan cintamu demi kebahagiaan orang yang kamu cintai?
Bagaimana yang terjadi?

Jika aku bisa, dan jika kamu jadi aku..
Bisakah kamu melepas perasaan yang disebut “cinta” itu dari hatimu?
Bisakah kamu melepas semua perasaan alami yang disebut “cinta” itu dari hidupmu?
Bisakah kamu melepas rasa sayang dan rindu demi dia yang jelas-jelas  tidak mencintaimu?
Bisakah kamu tidak menangis merelakan sosok yang kamu cinta untuk orang lain?
Bisakah kamu tidak sedikit saja meneteskan airmata saat sosok itu sudah bahagia dengan pilihannya?
Bisakah kamu tersenyum melihatnya bergandengan tangan dengan orang yang sudah dipilihnya?
Dan
Bisakah kamu hidup tanpa dia dan membuka hatimu untuk orang lain setelah dia meninggalkanmu??

Kalo kamu jadi aku, aku jelas tidak tahu apa yang kamu lakukan
Tapi aku tahu,
Kamu dan aku, akan melakukan hal yang sama, yang selalu dilakukan orang yang jatuh cinta
PENGORBANAN !!!
Kamu dan aku, akan mengorbankan cinta untuk orang yang dicintai
Kamu dan aku, akan mencoba tersenyum sebaik mungkin jika melihatnya bahagia dengan orang yang dicintai
Kamu dan aku, akan memberikan dukungan sebanyak mungkin saat dia sedih dan ada masalah dengan orang yang dicintai
Kamu dan aku, akan berusaha menatap hari esok dengan tetap membawa cintanya dihatimu dan masih bisa mencintai orang lain meski tidak sebesar cinta dengan orang yang dicintai
Kamu dan aku, akan tetap menantinya.
Sampai ujung usia dan berapapun waktu sudah membuat orang yang dicintai melupakan kita
Dia, orang yang di cintai itu,
Akan tetap jadi SATU-SATUNYA bagiku dan bagimu
Bila Kamu Jadi Aku. !!!


18 Agustus 2011