TRAGEDI DALAM KUMPULAN CERPEN 'TAK ADA FILOSOFI'

, , 3 comments



Nama Buku                       : Tak Ada Filosofi
Penulis                               : Martiniana Pasrin / Tini Pasrin
Penerbit                             : Forind Malang
Tahun Terbit                      : Januari 2020
Isbn                                    : 978-602-611-7762
Dimensi Buku                   : 181 Hlm, 14,8x21cm

"Aku kadang bercermin melihat raut mukaku yang hampir sama dengannya. Telah matang dan ketika kau melihat mataku, kau bisa melihat jiwaku yang rapuh. Jauh dari sentuhan cinta atau sekedar pelukan yang tulus dari ayah, pria yang ingin ku taklukkan hatinya dahulu. Kami terlihat persis." Dalam cerpen berjudul ‘Ayahku Cengeng’

Saya tidak yakin bahwa saya adalah seorang penulis resensi yang bagus. Biasanya saya menulis resensi dari buku yang selesai saya baca murni hanya untuk menghargai betapa sangat sayang bila esensi dari buku-buku itu akan hilang tanpa dituliskan kembali. Tapi, beberapa minggu ini. Serasa ada yang berbeda, saya dipanggil untuk menulis sebuah resensi buku dari penulis favorit saya, Tini Pasrin.

Tak Ada Filosofi bagi saya tidak hanya sebuah buku yang berisi kumpulan beragam cerita-cerita pendek belaka. Kisahnya lekat. Hangat tapi membawa luka bagi tiap-tiap pembacanya. Saya pribadi lebih senang menyebut kisah-kisah cerpen yang ditulis Tini sebagai bagian dari Tragedi yang acap kali kita lihat di sekitar dan sangat dingin untuk dijelaskan dengan kata-kata. Tapi dengan kemampuannya, cerita yang tadinya adalah sejarah dari tiap wilayah, dibalut cantik. Seperti menjadi dongeng yang memiliki banyak sekali nilai-nilai moral.

Dalam buku yang memiliki 181 halaman ini, penulis memasukkan dua puluh enam tulisannya. Dengan mengambil beragam topik, Tini menjelaskan tragedi-tragedi yang menimpa setiap tokoh di dalamnya yang di beri judul Ibuku Malang, Pascasesat, Sepotong Kayu Bakar, Goblok, Suanggi, Anak Haram, Pergi Untuk Kembali, Eksekusi,  Ayahku Cengeng, Dia Bersemi di Musim Gugur, Rikus, Bayangan, Kopi Tak Berfilosofi, Mampus, Anak Lawo, Everybody Lies, Cinta dan Belis, Tangan-tangan Cantik, Pelacur sajak, kosong Yang Ganjil, Ulat di Kepala, Perempuan Terluka, Coklat Bahagia, Kesenangan, Bekas Luka, serta yang terakhir Berbeda itu Beda: Api Gairah dalam kebhinekaan.  Dengan cantik dan sabar ia meramut perasaan pembacanya lewat klimaks-demi-klimaks. Wah Kurang ajar deh pokoknya.

Sewaktu membaca buku Tini, saya sering berada pada malam yang panjang dan dingin. Persis seperti seorang Nokturnal, saya menikmati luka-luka serius yang membuat saya susah lupa. Seperti suami yang mati tertimpa pohon dan memeluk sebatang kayu dalam cerita Sepotong Kayu Bakar, pun juga tentang Ronal dan Sarah yang sibuk bertobat entah pada siapa, juga Ayah yang tak berhenti-hentinya menangisi hidup atau nenek yang sedih kehilangan sepatu dari suaminya tercinta. Saya masuk ke dalam cerita singkat itu seperti telah mengenal lama para tokohnya sebagai bagian dari hidup saya pribadi. Lalu saya akan bilang begini ke mereka, “Aku juga. Kalian gak sendirian.”

Buku Tak Ada Filosofi saya rekomendasi bagi semua orang yang ingin mencari teman berjuang. Meskipun beberapa dari redaksional masih ditulis dengan kasar sehingga masih terlihat beberapa kesalahan pengetikan di sana-sini, saya pikir itu karena penulisnya sendiri ingin cepat-cepat membagi cerita luar biasa dalam buku ini kepada semua orang. Terlepas dari itu, saya harap salah satu dari cerita pendeknya kelak akan dapat saya nikmati dalam bentuk novel. Lebih mendetail dan lebih puas di nikmati.

Saya mau mengutip tulisan nakal Tini dalam salah satu Cerpennya yang berjudul ‘Pascasesat’
"Aku heran yah sama orang yang menilai sifat dan kebaikan seseorang hanya dari selangkangannya. Menurut kalian penting nggak sih mengukur bejat atau tidaknya seseorang dari keperawanannya atau keperjakaannya? Apalagi membandingkan pria kutu buku yang diam di rumah menjadi anak mama dengan perokok yang turun mendengarkan sesama di jalanan. Kalian taulah siapa pemenangnya.”
Sekarang jangan banyak Tanya makna dan filosofinya. Hidup ya bagaimana caranya kamu hidup. Kadang tidak butuh filosofi. (Nil)  

3 comments:

  1. Perensesi buku andalan aku,terima kasih telah merasakan buku ini. Merasakan kita. Merasakan manusia. Aku padamu, kamu didalamku❤

    ReplyDelete
  2. Nah kan, emang kebiasaan typo. Peresensi😭❤❤❤

    ReplyDelete
  3. ayo menangkan uang setiap harinya di agen365*com
    WA : +85587781483

    ReplyDelete