Catatan Pelarian Diri (1)

, , No Comments


Semua orang pada dasarnya selalu ingin melarikan diri
Orang yang sukses, melarikan diri dari waktu sehingga ia selalu merasa terkejar
Orang yang malas, melarikan diri dari dunia sehingga ia selalu ingin merasakan tidur yang panjang.
Orang yang patah hati pun, melarikan diri dari kenyataan yang dihadapinya.

seperti aku saat ini.

Pada satu titik, aku merasa sangat kuat menjalani apa yang ada.
Aku hebat dalam berbohong sehingga sepertinya aku selalu tertawa, selalu sibuk, hingga aku tak punya banyak waktu untuk diriku sendiri.
Aku juga hebat dalam berdebat.
Pernah suatu kali seorang teman bercerita ini itu tentang seseorang yang sedang aku sangat ingin lupakan, dan aku dengan gampangnya membalik semua kata-katanya hingga teman tersebut tak dapat bercerita lagi untuk kesekian kalinya.
Aku pandai dalam mencari perumpamaan.
Aku mengumpat pada satu situasi yang panas saat melihat seseorang itu tampak bahagia dan aku balik bersua dengan semua teman-temanku yang ramai mengumpatnya pula.
Aku membiasakan hidup seperti besok tak akan aku temui hari menyedihkan.
Aku bangun melakukan kegiatan yang sama.
Terus berulang dan berulang hingga aku lupa rasanya digandeng tangan hangat, ditunggu senyum hangat, dan kehangatan kehangatan lainnya.
Aku terus berulang menyampaikan kabar aku bahagia dan beruntung.
Ya... Pada satu titik, aku melarikan diri dengan cara seperti itu.

karena itu, aku mulai membenci pelarian ini.

Aku menyadari bahwa dalam berlari, selalu ada jeda yang sehari-hari ditunggu sang pencuri garis finish.
Aku mulai merasa lelah dan berfikir bahwa ternyata, melarikan diri adalah pekerjaan yang sangat berat dilakukan setiap hari.
Hampir dua tahun aku melarikan diri dari kenyataan, bahwa nyatanya dia -orang yang ingin aku lupakan- masih adalah yang selalu aku pikirkan.
Nyatanya aku menangis di tengah malam dan memasukkan wajahnya kedalam setiap bunga tidur yang aku ciptakan.
Nyatanya badanku selalu berat memulai aktifitas di pagi hari, sebab setiap aku mandi, aku selalu berfikir bagaimana cara agar tidak melihatmu berkeliaran di mana-mana.
Nyatanya setiap hari aku butuh strategi menghadapi diriku sendiri yang ingin terus berlari kearahmu tanpa tau diri.
Nyatanya aku mengumpat kepada diriku sendiri. Aku sadar aku bodoh dalam memilih. Tapi aku tersiksa bila tak jujur bahwa aku tak bisa melepasmu begitu saja.
Nyatanya pelarian demi pelarian yang terjadi setiap hari, membuatku gila dan ingin menggantung diri.
Aku terus berulang kali ingin melarikan diri ke arahmu.
Bilang bahwa semua akan baik-baik saja sekalipun ia tak pernah menganggapku ada.
Ya.. Pada saat aku menyadari hal ini, aku melarikan diri dengan cara seperti saat ini.



Berbahagialah mereka yang bisa melarikan diri dengan ketidakpastian.
Ia adalah orang yang diberkati Tuhan untuk dapat bebas memilih dengan lepas.
Berbahagialah mereka yang bisa melarikan diri dan menemukan kebebasan.
Ia adalah orang yang paling berbahagia karena tak merasa menyiksa dirinya sendiri dari kecurangan-kecurangan akal dan pikiran.


-nil

0 komentar:

Post a Comment